Disini, aku hanya
bisa diam sambil merenung semua yang talah kulakukan. Apakah dulu aku terlalu
bodoh atau terlalu percaya? Hingga sekarang hanya kesunyian yang kualami. Tak
bisa kuceritakan pada siapapun. Hanya Tuhan yang mendengar ceritaku dan Ia
menyuruhku menunggu jawaban akhir dari kesunyianku ini. Mungkin Tuhan ingin aku
tahu hasil dari keputusanku dulu.. Inilah yang kurasakan. Ternyata aku dulu
meninggalkan orang yang sakit hati untuk ku merasakan sakit hati saat ini.
Terdengar seperti karma. Tapi banyak yang bilang itu bukan karma, itu hanya
keputusan yang salah. Menyesal memang tak pernah berguna hanya membuat patah
hati. :'(
"Aku membayangkan, rasanya patah hati mungkin seperti saat kau berada di padang pasir"
Saat itu aku sendiri
di sana, tak ada satu orangpun yang bisa aku minta pertolongannya. Aku berdoa,
tapi tentu saja jawaban Tuhan tidak selalu sama dengan harapan kita. Tapi aku
tidak berpikir kalau Tuhan ingin aku sengsara dengan keadaan ini, aku hanya berpikir
bahwa Tuhan hanya ingin menguji kekuatan yang sudah Ia berikan padaku. Aku
percaya itu, karena banyak orang yang mengatakan bahwa Tuhan tak pernah menguji
umatNya melebih kekuatan umatNya. :)
Tapi, kembali lagi
aku hanya manusia biasa yang tidak kuat merasa sakit. Seandainya Tuhan memberi
sedikit saja kekuatan malaikat, mungkin rasanya tidak sesakit dan selelah ini.
Aku terlalu lelah dengan keadaan, sepanjang yang kulihat hanyalah padang pasir
yang luas dan kosong. Tidak ada kehidupan di situ, aku kehausan tapi tak ada
sungai ataupun sumur. Pohon-pohon yang hijau, semuanya hanya fatamorgana.
Palsu.
Di dunia nyata aku
sering menemukan fatamorgana pada manusia. Dari jauh ia terlihat seperti
harapan tanpa batas, memberi cinta dan kesetiaan. Terlihat seperti cinta sejati
yang sepertinya akan menyegarkanku dan memberi aku kedamaian. Namun ketika aku semakin mendekat, aku tak
menemukan itu. Semua yang terlihat dari jauh indah saat mendekat yang kutemukan
hanya kebalikannya. Semuanya harapan itu
tak ada, hilang. Ternyata hanya fatamorgana.
Aku begitu bingung
saat berada di padang pasir, tak tahu harus berjalan kearah mana. Aku haus, aku
ingin meminum sedikit air saja, tapi tak kutemukan sumber air itu. Hanya bisa
menelan ludah. Bahkan tubuhku pun tidak mempedulikanku, mataku tak peduli ia mengeluarkan
air dari dalam saat aku begitu kehausan dan membutuhkan air untuk
menyegarkanku. Entahlah rasanya seperti semua benda dan semua orang
meninggalkanku.
Langit yang biasanya
menurunkan hujan dan memberi awan abu-abu agar tubuhku ini tidak terlalu
tersiksa dengan kemarau. Kali ini ia hanya mengijinkan matahari yang keluar.
Panasnya membakar kepalaku tembus menusuk kulitku sampai kehatiku. Seakan-akan
tanah dan langit bekerja sama menyiksaku yang sudah begitu sengsara.
Patah hati memang
seperti berada di padang pasir yang luas.
Kamu sudah membayangkannya ? Sakit dan sendiri kan. Aku sedang
merasakannya.
Entah sampai kapan
aku terjebak di sini. Aku tidak tahu. Mungkin sampai ada yang datang menolongku
dan membawaku keluar dari padang pasir ini.